GAWAT JANIN


FETAL DISTRESS (GAWAT JANIN)

A.    Pengertian
Fetal Distress (Gawat janin)  terjadi bila janin tidak menerima Oksigen cukup, sehingga mengalami hipoksia. (Abdul Bari Saifuddin dkk.2002 )
B.     Etiologi
Penyebab dari gawat janin yaitu:
a.       Insufisiensi uteroplasenter akut (kurangnya aliran darah uterus-plasenta dalam waktu singkat)
1)        Aktivitas uterus yang berlebihan, hipertonik uterus, dapat dihubungkan dengan pemberian oksitosin.
2)        Hipotensi ibu, anestesi epidural,kompresi vena kava, posisi terlentang.
3)        Solusio plasenta.
4)        Plasenta previa dengan pendarahan.
b.      Insufisiensi uteroplasenter kronik (kurangnya aliran darah uterus-plasenta dalam waktu lama)
1)      Penyakit hipertensi
2)      Diabetes melitus
3)      Postmaturitas atau imaturitas
4)      Kompresi (penekanan) tali pusat
(Abdul Bari Saifuddin dkk.2002 )




C.    Pengaruh Pada Kehamilan dan Persalinan
a.       Pada Kehamilan
Gawat janin dapat menyebabkan berakhirnya kehamilan karena pada gawat janin, maka harus segera dikeluarkan.
b.      Pada persalinan
Gawat janin pada persalinan dapat menyebabkan :
1)        Persalinan menjadi cepat karena pada gawat janin harus segera dikeluarkan
2)        Persalinan dengan tindakan, seperti ekstraksi cunam, ekstraksi forseps, vakum ekstraksi, ataupun bahkan dapat diakhiri dengan tindakan sectio saesarea (SC)
D.    Diagnosa
Diagnosis gawat janin saat persalinan didasarkan pada denyut jantung janin yang abnormal. Diagnosis lebih pasti jika disertai air ketuban hijau dan kental/ sedikit. Gawat janin dapat terjadi dalam persalinan karena partus lama, Infuse oksitosin, perdarahan, infeksi, insufisiensi plasenta, ibu diabetes, kehamilan pre dan posterm atau prolapsus tali pusat. Hal ini harus segera dideteksi dan perlu penanganan segera.
E.     Klasifikasi
Jenis gawat janin yaitu :
a.       Gawat janin yang terjadi secara ilmiah
b.      Gawat janin iatrogenik
Gawat janin iatrogenik adalah gawat janin yang timbul akibat tindakan medik atau kelalaian penolong. Resiko dari praktek yang dilakukan telah mengungkapkan patofisiologi gawat janin iatrogenik akibat dari pengalaman pemantauan jantung janin.


F.     Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul jika janin mengalami gawat janin yaitu :
a.       Asfiksia
b.      Menyebabkan kematian janin jika tidak segera ditangani dengan baik.
G.    Penatalaksanaan
Prinsip Umum :
a.       Bebaskan setiap kompresi tali pusat
b.      Perbaiki aliran darah uteroplasenter
c.       Menilai apakah persalinan dapat berlangsung normal atau kelahiran segera merupakan indikasi. Rencana kelahiran (pervaginam atau perabdominam) didasarkan pada fakjtor-faktor etiologi, kondisi janin, riwayat obstetric pasien dan jalannya persalinan.
Penatalaksanaan Khusus:
a.       Posisikan ibu dalam keadaan miring sebagai usaha untuk membebaskan kompresi aortokaval dan memperbaiki aliran darah balik, curah jantung dan aliran darah uteroplasenter. Perubahan dalam posisi juga dapat membebaskan kompresi tali pusat.
b.      Oksigen diberikan melalui masker muka 6 liter permenit sebagai usaha untuk meningkatkan pergantian oksigen fetomaternal.
c.       Oksigen dihentikan, karena kontraksi uterus akan mengganggu curahan darah ke ruang intervilli.
d.      Hipotensi dikoreksi dengan infus intravena dekstrose 5 % dalam larutan laktat. Transfusi darah dapat di indikasikan pada syok hemoragik.
e.       Pemeriksaan pervaginam menyingkirkan prolaps tali pusat dan menentukan perjalanan persalinan.
f.       Pengisapan mekonium dari jalan napas bayi baru lahir mengurangi risiko aspirasi mekoneum. Segera setelah kepala bayi lahir, hidung dan mulut dibersihkan dari mekoneum dengan kateter pengisap. Segera setelah kelahiran, pita suara harus dilihat dengan laringoskopi langsung sebagai usaha untuk menyingkirkan mekoneum dengan pipa endotrakeal.
(Abdul Bari Saifuddin dkk.2002 )

Seksio sesarea dan Dampak Bagi Kebutuhan Dasar Manusia


 Seksio Sesarea dan Dampak Terhadap Kebutuhan Dasar Manusia
  1. Seksio Sesarea
a.       Definisi atau Pengertian
1)      Seksio sesarea adalah sutu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Wiknjosastro, 2000: 133).
2)      Persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram ( Hanifa, 2000 : 133 )
3)      Seksio sesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuaka dinding perut dan dinding rahim (Manjoer, 2001: 344).


DAMPAK SEKSIO SESAREA TERHADAP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
a.       Ambulasi Dini
Ambulasi dini merupakan gerak awal setelah proses operasi. Pada hari pertama post partum seksio sesarea biasanya klien masih dipengaruhi oleh efek anestesi, sehingga proses ambulasi dini mengalami hambatan. Ambulasi dini sangat berguna bagi sistem tubuh terutama fungsi usus, kandung kemih, sirkulasi dan paru-paru. Tahap pertama klien mulai melakukan gerakan - gerakan kecil seperti miring kiri miring kanan. Setelah kekuatannya pulih klien dapat melakukan aktivitas secara bertahap seperti latihan peregangan pada otot dasar pelvic dan otot - otot abdomen misalnya duduk dan bersandar.
b.      Nyeri
Biasanya dirasakan pada daerah abdomen akibat luka operasi. Untuk mengatasi rasa sakit pada klien maka kita anjurkan untuk melakukan teknik relaksasi atau nafas dalam. Serta memberikan obat sesuai dengan advis dokter.
c.       Nutrisi dan cairan
Pada ibu post partum seksio sesarea masih dianjurkan untuk puasa apabila ibu belum flatus dan bising usus belum terdengar untuk menghindari aspirasi. Sebagai pengganti dari makanan dan cairan, maka klien diberi cairan infus D5% : RL (2 : 1), apabila klien sudah flatus dan bising usus normal (8 – 12 X / menit), maka klien diperbolehkan untuk minum 1 sendok tiap jam kemudian setelah itu dicoba untuk diet lunak tinggi kalori tinggi protein (TKTP).
d.      Aktivitas
Klien pasca bedah mengalami gangguan aktivitas. Hal ini disebabkan karena rasa nyeri yang ditimbulkan dari luka dan adanya penurunan dari kekuatan dan ketahanan otot, sehingga aktivitas klien dibantu oleh keluarga dan petugas.
e.       Personal hygiene
Kebutuhan personal hygiene pada ibu post partum seksio sesarea tidak terpenuhi karena keadaan klien yang lemah. Untuk memenuhi kebutuhan personal hygiene tersebut maka dilakukan bantuan membersihkan mulut, membersihkan rambut, tubuh klien, dan membersihkan vulva. Manfaat pemenuhan kebutuhan personal hygiene yaitu memberikan kenyamanan pada klien.
f.       Eliminasi
1)      Urine
Kebanyakan pasien dapat berkemih secara spontan dalam waktu 8 jam setelah melahirkan. Selama kehamilan terjadi peningkatan cairan ekstraseluler 50 %. Setelah melahirkan cairan ini dieliminasi sebagai urine. Mungkin terdapat aseton dalam urine pada pasien yang mengalami persalinan lama atau mereka yang mengalami dehidrasi.
2)      Bowel
Peristaltik akan mengalami penurunan selama 24 jam. Konstipasi sering terjadi setelah pasca bedah. Hal ini timbul dikarenakan efek anestesi narkotik, kurang aktivitas, tidak ada intake makanan yang mengandung serat.
g.      Emosi
Ketika saat-saat kelahiran telah dekat, wanita akan mengalami peningkatan kegembiraan mencapai klimaks dengan kelahiran bayi. Seringkali emosi  yang tinggi menurun dengan cepat setelah kelahiran. Pasien akan keletihan karena persalinan dan mereka mengalami nyeri perineum serta pembengkakan payudara. Mereka sangat tertekan dan mungkin menangis untuk hal  - hal yang mereka tidak pahami. Depresi ini disebut post partum blues.
h.      Istirahat / Tidur   
Pada ibu post partum seksio sesarea biasanya mengalami kurang tidur akibat dari adanya rasa nyeri yang dirasakan pada daerah abdomen. Untuk memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur klien, maka penulis menganjurkan untuk melakukan latihan teknik relaksasi dan distraksi seperti latihan nafas dalam, tidur miring kiri miring kanan. Sedangkan dalam teknik distraksi klien diajak untuk mengalihkan perhatian ke hal – hal yang menyenangkan seperti mendengarkan musik, nonton TV dan lain -lain.




Referensi
Winjkosastro
Hanifa
Mansjoer
Rukmini


Penulis mendapatkan semua referensi dari hasil googling dan buku litelature lainnya...
Apabila ada yang tidak berkenan makan SILAHKAN tinggal kan blogi ini ...
kami tidak ber-TANGGUNG JAWAB terhadap semua tindakan yang dapat merugikan pihak lain yang merasa dirugikan!!!


Laporan Pendahuluan Gastroenteritis (GE)


LAPORAN PENDAHULUAN GASTROENTERITIS


A.    Pengertian
Beberapa pengertian gastroenteritis:
1.      Gastroenteritis adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari keadaan normal yakni 100-200 ml sekali defekasi (Hendarwanto, 1999).
2.      Menurut WHO (1980) gastroenteritis adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari.
3.      Gastroenteritis ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 1997).

B.     Penyebab
1.      Faktor infeksi
a.       Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama gastroenteritis, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans)
b.      Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan gastroenteritis seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
2.      Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab gastroenteritis yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.
3.      Faktor Makanan:
Gastroenteritis dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis makanan tertentu.
4.      Faktor Psikologis
Gastroenteritis dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas).

C.    Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya gastroenteritis ialah:
1.      Gangguan osmotic
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektroloit ke dalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul gastroenteritis.
2.      Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan selanjutnya timbul gastroenteritis kerena peningkatan isi lumen usus.
3.      Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul gastroenteritis. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul gastroenteritis pula.

D.    Tanda dan Gejala
a.       Diare.
b.      Muntah.
c.       Demam.
d.      Nyeri abdomen
e.       Membran mukosa mulut dan bibir kering
f.       Fontanel cekung
g.      Kehilangan berat badan
h.      Tidak nafsu makan
i.        Badan terasa lemah

E.     Pemeriksaan Penunjang
1.      Pemeriksaan labolatorium
a.       Pemeriksaan tinja
b.      Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam dasar astrup bila menentukan PH, keseimbangan, analisa gas darah /astrup, bila memungkinkan
c.       Pemeriksaan kadar umum untuk mengetahui fungsi ginjal
2.      Pemeriksaan elektrolit
Untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif, terutama dilakukan pada pasien gastroenteritis kronik

F.     Penatalaksanaan
Prinsip Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gastroenteritis akut karena infeksi pada orang dewasa terdiri atas:
1.      Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.
2.      Tata kerja terarah untuk mengidentifkasi penyebab infeksi.
3.      Memberikan terapi simtomatik
4.      Memberikan terapi definitif.
ad.1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.
Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu:


a.       Jenis cairan yang hendak digunakan.
Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena tersedia cukup banyak di pasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah bila dibandingkan dengan kadar kalium tinja. Bila RL tidak tersedia dapat diberiakn NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya ditambahkan dengan 1 ampul Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCl isotonik. Pada keadaan gastroenteritis akut awal yang ringan dapat diberikan cairan oralit untuk mencegah dehidrasi dengan segala akibatnya.
b.      Jumlah cairan yang hendak diberikan.
Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Jumlah kehilangan cairan dari badan dapat dihitung dengan cara/rumus:
- Mengukur BJ Plasma
Kebutuhan cairan dihitung dengan rumus:
BJ Plasma – 1,025
———————- x BB x 4 ml
0,001
- Metode Pierce
Berdasarkan keadaan klinis, yakni:
* gastroenteritis ringan, kebutuhan cairan = 5% x kg BB
* gastroenteritis sedang, kebutuhan cairan = 8% x kg BB
* gastroenteritis ringan, kebutuhan cairan = 10% x kg BB
- Metode Daldiyono
Berdasarkan skoring keadaan klinis sebagai berikut:
* Rasa haus/muntah = 1
* BP sistolik 60-90 mmHg = 1
* BP sistolik <60 mmHg = 2
* Frekuensi nadi >120 x/mnt = 1
* Kesadaran apatis = 1
* Kesadaran somnolen, sopor atau koma = 2
* Frekuensi napas >30 x/mnt = 1
* Facies cholerica = 2
* Vox cholerica = 2
* Turgor kulit menurun = 1
* Washer women's hand = 1
* Ekstremitas dingin = 1
* Sianosis = 2
* Usia 50-60 tahun = 1
* Usia >60 tahun = 2
Kebutuhan cairan =
Skor
——– x 10% x kgBB x 1 ltr
15
c.       Jalan masuk atau cara pemberian cairan
Rute pemberian cairan pada orang dewasa meliputi oral dan intravena. Larutan orali dengan komposisi berkisar 29 g glukosa, 3,5 g NaCl, 2,5 g NaBik dan 1,5 g KCl stiap liternya diberikan per oral pada gastroenteritis ringan sebagai upaya pertama dan juga setelah rehidrasi inisial untuk mempertahankan hidrasi.
d.      Jadual pemberian cairan
Jadual rehidrasi inisial yang dihitung berdasarkan BJ plasma atau sistem skor diberikan dalam waktu 2 jam dengan tujuan untuk mencapai rehidrasi optimal secepat mungkin. Jadual pemberian cairan tahap kedua yakni untuk jam ke-3 didasarkan pada kehilangan cairan selama 2 jam fase inisial sebelumnya. Dengan demikian, rehidrasi diharapkan lengkap pada akhir jam ke-3.
Tata kerja terarah untuk mengidentifkasi penyebab infeksi.
Untuk mengetahui penyebab infeksi biasanya dihubungkan dengan dengan keadaan klinis gastroenteritis tetapi penyebab pasti dapat diketahui melalui pemeriksaan biakan tinja disertai dengan pemeriksaan urine lengkap dan tinja lengkap.
Gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa diperjelas melalui pemeriksaan darah lengkap, analisa gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin dan BJ plasma.
Bila ada demam tinggi dan dicurigai adanya infeksi sistemik pemeriksaan biakan empedu, Widal, preparat malaria serta serologi Helicobacter jejuni sangat dianjurkan. Pemeriksaan khusus seperti serologi amuba, jamur dan Rotavirus biasanya menyusul setelah melihat hasil pemeriksaan penyaring.
Secara klinis gastroenteritis karena infeksi akut digolongkan sebagai berikut:
1) Koleriform, gastroenteritis dengan tinja terutama terdiri atas cairan saja.
2) Disentriform, gastroenteritis dengan tinja bercampur lendir kental dan kadang-kadang darah.
Pemeriksaan penunjang yang telah disinggung di atas dapat diarahkan sesuai manifestasi klnis gastroenteritis.
Memberikan terapi simtomatik
Terapi simtomatik harus benar-benar dipertimbangkan kerugian dan keuntungannya. Antimotilitas usus seperti Loperamid akan memperburuk gastroenteritis yang diakibatkan oleh bakteri entero-invasif karena memperpanjang waktu kontak bakteri dengan epitel usus yang seyogyanya cepat dieliminasi.
Memberikan terapi definitif.
Terapi kausal dapat diberikan pada infeksi:
1)      Kolera-eltor: Tetrasiklin atau Kotrimoksasol atau Kloramfenikol.
2)      V. parahaemolyticus,
3)      E. coli, tidak memerluka terapi spesifik
4)      C. perfringens, spesifik
5)      A. aureus : Kloramfenikol
6)      Salmonellosis: Ampisilin atau Kotrimoksasol atau golongan Quinolon seperti Siprofloksasin
7)      Shigellosis: Ampisilin atau Kloramfenikol Helicobacter: Eritromisin
8)      Amebiasis: Metronidazol atau Trinidazol atau Secnidazol
9)      Giardiasis: Quinacrine atau Chloroquineitiform atau Metronidazol
10)  Balantidiasis: Tetrasiklin
11)  Candidiasis: Mycostatin
12)  Virus: simtomatik dan suportif

G.    Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1.      Kekurangan volume cairan berhubungan dengan seringnya buang air besar dan  encer
2.      Pemenuhan Nutrisi kurang dari kebutuhan  tubuh berhubungan dengan menurunya intake dan output yang tidak adekuat
3.      Kurangnya pengetahuan
4.      Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan seringnya BAB

Pathway